Monday, January 21, 2019

MY TAARUF STORY (Dari Relawan Menjadi Kawan Hidup)



Bismillahirrahmannirrahim..


Dwi Pridika (Dwi), 21 tahun, berasal dari suku Betawi dan lahir di Jakarta. Selepas cutinya kuliah Dwi dari kampus sebelumnya di Jakarta, Dwi memutusakan untuk mengulang pendidikan S1-nya di kampus yang baru, menyesuaikan kebutuhan waktu Dwi yang bekerja dan saat ini sudah menginjak semester 5. Selain itu, kesibukan Dwi saat ini bekerja sebagai staff graphic design di perusahaan swasta dan freelance teacher creative digital di sebuah lembaga pendidikan. Dwi sangat menyukai kegiatan sosial dan berorganisasi, karena hal itu adalah yang tak bisa terlepaskan darinya.

Dhi Fadlin Harnanda (Odhi), 24 tahun, berasal dari suku Jawa Tengah dan lahir di Kendari. Selepas menyelesaikan pendidikan S1-nya di Surabaya, Odhi melanjutkan karirnya di Cikampek-Karawang. Saat ini di sibukan bekerja sebagai supervisor warehouse material kalbe nutritionals. Odhi terbiasa dengan kegiatan sosial dan berorganisai sejak masa sekolah, kuliah hingga saat ini. Hal itu yang tentunya membuat Odhi tak lepas dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan.


----------------


Dalam kegiatan yang baik kita di pertemukan. Saat itu, kami hanya sekedar mengenal nama dan bentuk saja. Tidak ada kesan yang berbeda diantara kami, sama seperti yang kami rasakan saat berkenalan dengan teman-teman yang lainnya..

Tidak jarang kita di pertemukan dalam aksi kerelawan di DDV. Walau sudah saling mengenal, walau hanya sekedarnya. Selama itu juga tidak ada konsep pendekatan seperti modus, basa-basi atau drama-drama korea untuk saling mengakui kalau kami dapat bersatu *eaa.


...


Tentang Pertemuan,

Setelah satu tahun Odhi bekerja di Cikampek, Odhi sudah jarang mengikuti kegiatan sosial. Sampai dimana Odhi berpikir bahwa apa yang dilakukan selama hidup tidak akan ada artinya jika tidak dibagi ke orang lain. Akhirnya mulai mencari kegiatan sosial yang bisa dilakukan saat weekend. Qadarullah, Allah memberi petunjuk dengan memperlihatkan flyer Voluntrip 4 di instagram Dompet Dhuafa Volunteer dan Odhi langsung mendaftarkan diri di kegiatan tersebut dengan niatan untuk beribadah, berbagi ke sesama, dan mencari kawan dengan semangat berbagi dan disitu jugalah dipertemukan pertama kali dengan wanita yang insyaAllah akan menjadi kawan hidup.



Kontak WA Pertama
18 April 2017

Pertama kali Odhi kontak dengan Dwi adalah saat Dwi sebagai bendahara acara voluntrip 4, menagih pembayaran iuran peserta ke Odhi. Saat itu belum terpikirkan kalau Dwi akan menjadi yang menagih uang belanja setiap bulan.. :’D


Pertemuan Pertama
23 April 2017


Kami bertemu untuk pertama kali nya di acara technical meeting voluntrip 4. Saat itu Dwi membawakan ice breaking sebelum acara dimulai. Kesan yang paling membekas adalah Dwi gak bisa diam, wkwkwk. Saat itu Odhi dan Argon (teman satu jurusan Odhi) sepakat kalau Dwi kelebihan gula jadi energi nya banyak banget yang sedikit membuat kami ilfeel.


Pertemuan Berlanjut
5 – 7 Mei 2017


Berlanjut di acara voluntirp 4 nya. Kami melakukan banyak kegiatan bersama, namun belum ada rasa-rasa sesuatu gitu. Kesan Odhi masih sama, Dwi sangat energik. Wkwkwk. Sedangkan Dwi yang sedang disibukan dengan tugasnya tidak terlalu mengenal Odhi, yang Dwi ingat saat acara pentas malam keakraban, Odhi menjadi sebagian dari kelompok musikalisasi puisi, Odhi dan teman kelompoknya bernyanyi sambil menari-nari, yang sangat Dwi ingat hanya menertawakan penampilan mereka yang lucu nan menggemaskan ;’D

17 Juni 2017

Pertemuan ketiga adalah saat aksi Gerakan Cinta Mesjid di kawasan palmerah Jakarta, Dwi hanya ikut setengah acara saja. Namun sebenarnya disini Dwi memperhatikan Odhi yang sangat giat datang jauh-jauh dari Cikampek untuk mengikuti aksi yang sangat berfaedah, mencuci dan menyikati sajadah masjid. Dilain sisi, saat itu banyak relawan yang lebih memilih ke acara DDV lainnya yang di adakan di daerah Bekasi, nonton bareng penulis dan bintang film untuk menggalang dana. Karena bagi Dwi, padahal Cikampek lebih dekat dengan Bekasi ketimbang harus ke Jakarta. Disitu pun Dwi mulai berasumsi kalau Odhi orang yang prioritas presentase nya adalah mencari ladang amal terbanyak. Hahaha. MasyaAllah

18 Juni 2017
Pertemuan keempat adalah saat buka puasa bersama alumni Voluntrip 4. Pertemuan ini menurut Odhi adalah yang paling berkesan, karena pada saat pulang menuju ke stasiun merupakan pertama kali kami ngobrol bukan tentang aksi. Saat itu Odhi kagum, karena mengetahui kalau Dwi kuliah sambil bekerja sekaligus aktif kerelawanan. Diam-diam merayap Mulai kepo-kepo medsos nya Dwi ;D


09 Juli 2017

Pertemuan Kelima adalah saat Recharge (Reunion, Charity & Gathering) DDV. Pertemuan kali ini berlangsung begitu saja, kami berinteraksi biasa-biasa saja sama dengan relawan yang lain.


...


Qadarullah, kami di izinkan bertemu lagi di Voluntrip 5 (versi reuni peserta voluntrip), saat ini peran kami kebalikan dari Voluntrip 4. Odhi sebagai panitia sedangkan Dwi sebagai peserta. Menjelang pertemuan ke-enam kami ini. Odhi tiba-tiba GEGANA, gelisah galau merana.

Mulai berpikir butuh seorang pendamping untuk melengkapi agama. Merasa sudah mapan secara materi, dan sedang memperbaiki diri dan ibadahnya. Mulai lah berdoa pada setiap sholatnya untuk didekatkan jodohnya dipermudah prosesnya dan dibimbing persiapannya.


10-11 November 2017

Akhirnya pertemuan ke-enam kami terjadi pada kegiatan Voluntrip 5 ini. Namun saat ini pun, Odhi yang saat itu disibukkan dengan tanggung jawabnya sebagai panitia masih belum terlintas dalam pikirannya, bahwa 12 hari kemudian Odhi akan memulai proses ta’aruf dengan tujuan untuk menikah dengan Dwi Pridika.

Namun, tidak dengan Dwi. Dwi tiba-tiba mengamati Odhi di beberapa jam sebelum kepulangan. Disitupun Dwi mulai mengagumi Odhi yang terlihat bertanggung jawab atas amanah yang dia jalankan dengan selalu melebarkan senyumannya. Padahal Dwi tau, saat itu Odhi capek karena abis banyak angkat barang dan perlengkapan dari bawah curug yang terjal dan jauh sekali itu.


...


Kekuatan Do’a

Berawal dari dorongan beberapa pihak terhadap Dwi yang kerap kali berbicara dan menganggap sudah siap untuk menikah. Namun melihat kondisi Dwi yang terlalu muda dan belum menyelesaikan Kuliahnya menjadi berat bila Dwi pun memutuskan untuk menikah. Terlagi jodohnya pun belum ada haha. Sampai dalam suatu obrolan dimana Kak Fibo pun beranggapan yang sama dengan sebagian beberapa pihak itu dan akhirnya menanyakan tentang kecondongan hati Dwi dengan lelaki


"Kira-kira ada gak yang Dwi suka di DDV ?" Kebetulan Kak Fibo satu komunitas kerelawanan dengan Dwi dan Odhi. Kak Fibo juga adalah suami dari teman Dwi, kak Mutiara.


"Dwi gak tau lagi caranya dekat dengan lelaki kak!" jawab Dwi


"Yang sekiranya kamu senengin dan menarik??" Kak Fibo yang masih memastikan


"Gak ada juga kak.. Dwi gak punya kriteria khusus. Yang pasti Dwi seneng sama yang sederhana, berintegritas dan gak ganteng. Takut nanti sok kegantengan dan banyak yang sukak. Repot ! Lagi pula masih jauh lah buat nikah.. Tapi kalau ada yang mau, apa boleh buat.. namanya juga jodoh. hahaha" Jawab Dwi sambil bercanda.

Beberapa pekan setelah obrolan inipun Dwi memikirkan Odhi. Padahal tidak ada sekalipun kami berkomunikasi baik melalui medsos, WA maupun langsung. Dwi teringat obrolannya dengan kak Fibo tentang kecondongan hati itu. Tidak disangka juga secara spontanitas Dwi langsung mencari tahu tentang Odhi lebih jauh lagi dengan kekuatan kepo dan stalker melalui google engine, memutar rekaman ingatan selama perkenalan di dunia kerelawanan dan menceritakan tentang Odhi yang Dwi ketahui dengan Ibu Dwi. Ibu Dwi tidak banyak komentar, dia cuma menitipkan pesan "Siapapun jodohmu nanti, agamanya harus baik. Tidak perlu hebat. Sambil belajar bareng lah.. Mama percaya sama pilihanmu". Dengan penuh risaunya Dwi berfikir panjang untuk menanyakan langsung tentang Odhi lebih jauh. Terlagi Dwi khawatir dengan cara yang salah, apalagi asumsi sebagian banyak orang apabila wanita yang memulai itu sangat extreme sekali.

Namun, teringat perkataan sahabat yang mengatakan "Kesiapan menikah itu bukan dilihat dari diri sendiri saja. Tapi juga penilaian orang terdekat yang sering melibatkan dirinya dengan kita, terutama orang tua kita sendiri yang tau bagaimana dan sejauh mana kita mampu berhadapan dengan kehidupan rumah tangga" dan Dwi sudah mulai merasakan keberpihakan kata-kata itu terhadap dirinya sendiri, walaupun sebenarnya masih kurang yakin.

Dengan dilematisnya Dwi mencoba memastikan dirinya sendiri untuk beribadah menyempurnakan separuh agamanya ini dan meminta petunjuk kepada Allah juga berserah diri kepadanya tanpa berharap lebih selain keputusannya nanti. Entah akan terjawab manis dengan di lanjuti hingga jadi pernikahan, atau berhenti dengan sejuta rasa malu karena sebagai perempuan sudah tertolak. Tapi saat itu tidak terlintas sama sekali pemikiran itu, bukan juga karena kepercayaan diri saya yang berlebihan juga bukan tidak tau malu. Namun Dwi yakin dengan prinsip ini "Hal yang di mulai dengan cara dan niat yang baik, hasilnya akan kita dapatkan sama dengan seperti apa kita memulai". Sampai dimana Dwi memberanikan diri menyampaikan maksud baik ini ke kak Fibo.



...


Qadarullah,


22 Novemer 2017


Tiba-tiba kak Fibo menghubungi Odhi lewat whatsapp dan menyatakan ada wanita yang ingin menanyakan kesiapan Odhi untuk menikah. Odhi menjawab kondisi nya saat itu memang sedang mempersiapkan diri dan belum ada calon. Nah, kak Fibo akhirnya mengungkapkan bahwa wanita yg menanyakan adalah Dwi Pridika, hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Odhi.

Malam itu juga Odhi sholat istikharah, dan menghubungi Ibu nya. Allah yang maha membolak balikkan hati, Allah yang maha pemberi petunjuk, sebelum-sebelum ini Ibu, Bapak, bahkan teman terdekat sering menawarkan Odhi untuk ta’aruf dengan kenalan mereka. Namun selalu ada yang membuat hati Odhi tidak sreg untuk mulai ta’aruf, tapi kali ini, Allah menunjukkan kuasa nya, hati Odhi mantap untuk melanjutkan ta’aruf dengan tujuan menikahkan Dwi Pridika (orang yang sempat membuat Odhi dan temannya ilfeel karena tingkahnya yang atraktif). Odhi langsung menghubungi Ibunya dan beliau merestui untuk melanjutkan proses nya.


23 November 2017


Odhi ternyata sudah menyiapkan CV Ta'arufnya terlebih dulu dan mengirimkannya melalui kak Fibo..


24 November 2017

Setelah Dwi menerima CV dari Odhi. Dwi hampir saja memutuskan untuk mundur dan tidak melanjutkan proses ta'aruf ini. Karena Dwi tidak menyangka kalau Odhi secepat itu untuk memutuskan mengirim CV taaruf dan bagi Dwi, Odhi dan keluarganya jauh lebih baik dari yang sekedar Dwi bayangkan. Dengan risaunya Dwi mengirimkan CV'nya kembali karena menghargai keputusannya sendiri yang telah memulai dan selebihnya memasrahkan keputusannya kepada Allah SWT tanpa berkespektasi kalau kami akan berjodoh.


Setelah Odhi melihat CV Dwi, Odhi senyum-senyum sendiri dan langsung share ke orang tua. Pertama Odhi menyampaikan ke Ibu, Ibu Odhi malah minder dengan keluarga Dwi. Setelah itu Odhi menyampaikan ke Bapak, Bapak ada keraguan tentang pendidikan Dwi, namun setelah di jelaskan kalau Dwi masih lanjut kuliah, Bapak bisa memaklumi dan menerima.


25 - 28 November 2017

Dwi dan Odhi saling melempar pertanyaan melalui perantara kak Fibo. Dwi dan Odhi juga saling mengirimkan kontak orang-orang terdekat dan yang mengenalnya. Dwi menanyakan tentang Odhi melalui orang-orang terdekatnya Odhi, begitupun sebaliknya, Odhi menanya tentang Dwi melalui orang-orang terdekatnya Dwi. Agar apapun yang sudah kami utarakan bersifat lebih objektif. Setelah proses ta’aruf ini selesai, Dwi dan Odhi sama-sama sudah memantapkan hati.


10 Desember 2017

Akhirnya pertemuan ketujuh kami terjadi ditempat yang tidak pernah kami pikirkan sebelumnya, yaitu di rumah Dwi dihapadan orang tuanya, Odhi menyatakan keseriusannya dengan Dwi dan memohon ijin untuk menikahi Dwi Pridika.

Ibu Dwi mengajukan beberapa pertanyaan dan meminta Odhi untuk mengahfalkan beberapa surah dan di setorkan saat pengkhitbahan. Ayah dan Ibu tidak mengkhawatirkan apapun dari pembawan diri Odhi. Alhamdulillah Ayah dan Ibu Dwi merestui dan menerima Odhi dengan baik.


...


Allah memberikan kuasanya walaupun diwarnai perdebatan yang cukup alot antara Odhi dengan Bapak nya, karena proses yang cepat, dan kondisi ekonomi keluarga sedang tidak optimal. Dengan petunjuk Allah dan ada nya usaha untuk menyakinkan orang tua. Orang tua Odhi akhirnya merestui. Bahkan langsung menentukan tanggal pernikahan kami.-


Ketika niat beribadah dan pada setiap usaha selalu melibatkan Allah. InsyaAllah semua urusan dipermudah bahkan diberikan lebih dari sekedar yang di harapkan.

Mulai dari proses perkenalan kami, mendapatkan persetujuan orang tua kami, modal nikah, bahkan untuk resepsi kami InsyaAllah dipermudah oleh Allah.


25 Januari 2018

Kedua orang tuanya Odhi tinggal di Kendari Sulawesi Tenggara dan kebetulan, bapaknya Odhi saat itu sedang ada dinas di Jakarta. Odhi dan Bapaknya pun menyempatkan ke Bogor untuk datang ke rumah Dwi. Untuk bersilaturahmi dengan keluarga Dwi dan memastikan calon menantunya ada. Sekaligus mendahulukan kedatangan keluarganya untuk mengkhitbah di tanggal 17 Febuari nanti.


17 Febuari 2018

Proses khitbah atau lamaran, dilakukan di rumah Dwi. Alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar. Terekam jelas dalam ingatan keceriaan saat menyatukan dua keluarga kami dan kakunya sepasang kawan relawan yang akan menikah itu:’)






31 Maret 2018
The Day !

Mulai saat itu--seusainya genggaman kedua tangan itu terlepas, yang menyatakan janji pernikahan yang mengharukan dan di saksikan banyak pasang mata. Ayahku, menyerahkan tanggung jawabnya padamu, dengan berbagai perasaan sedih dan haru.

Pada kata SAH yang di ucap bersama-sama. Dari situ--Kita memulai. Memulai perkenalan yang sesungguhnya.

Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar dan pada hari Sabtu, 31 Maret 2018 Dwi & Odhi resmi menjadi sepasang suami istri untuk saling melengkapi dan mengingatkan untuk selalu dekat pada Allah swt yang menyatukan kami berdua.


Bismillahirrahmannirrahim..












Ditulis pada :
Januari 2019
Dwi & Odhi

...
#DariRelawanJadiPasangan
#DwiDhiStory

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment